
Tren Anime Original Netflix: Apakah Bisa Menyaingi Studio Jepang? – Dalam satu dekade terakhir, Netflix tidak hanya menjadi platform tontonan global, tetapi juga pemain baru yang serius di industri anime. Setelah sukses besar dengan serial seperti Castlevania, Devilman Crybaby, dan Cyberpunk: Edgerunners, layanan streaming raksasa ini mulai berani menelurkan lebih banyak anime original Netflix. Dengan pendekatan global, dukungan dana besar, dan akses teknologi canggih, Netflix berusaha menyaingi dominasi studio-studio Jepang legendaris seperti Toei Animation, Madhouse, MAPPA, dan Kyoto Animation. Namun, pertanyaan besarnya tetap sama: apakah Netflix benar-benar bisa menandingi magis anime buatan Jepang?
Ekspansi Netflix ke Dunia Anime
Langkah Netflix ke ranah anime bukan keputusan spontan. Sejak 2017, perusahaan ini telah berinvestasi besar dalam produksi dan lisensi anime untuk menarik pasar Asia dan penggemar global. Awalnya, mereka membeli hak tayang eksklusif dari anime populer seperti Attack on Titan, Naruto, dan One Piece. Namun, seiring waktu, Netflix menyadari potensi besar dari produksi anime orisinal—karya yang dikembangkan sendiri dengan ide, studio, dan dana mereka.
Serial Devilman Crybaby (2018) menjadi titik balik penting. Disutradarai oleh Masaaki Yuasa dari Science SARU, anime ini mendapat pujian karena berani, penuh simbolisme, dan mengguncang batas moral tradisional anime. Keberhasilan tersebut membuka jalan bagi proyek ambisius lain seperti Yasuke, B: The Beginning, Trese, hingga Cyberpunk: Edgerunners (2022), yang bahkan memenangkan penghargaan “Anime of the Year” versi The Game Awards.
Melalui kerja sama dengan berbagai studio, baik Jepang maupun internasional, Netflix mencoba menciptakan gaya baru—anime dengan cita rasa global, tetapi tetap menghormati akar estetik Jepang. Strategi ini menjadikan Netflix bukan sekadar distributor, tetapi juga produsen anime independen dengan visi yang lebih universal.
Ciri Khas dan Kelebihan Anime Original Netflix
Anime produksi Netflix memiliki beberapa ciri khas yang membedakannya dari anime Jepang tradisional. Pertama, dari segi pendanaan, Netflix memberikan kebebasan dan sumber daya besar kepada tim kreatif. Para animator tidak dibatasi oleh sistem produksi ketat seperti di Jepang, yang dikenal memiliki jadwal ekstrem dan tekanan tinggi. Kebebasan ini memungkinkan eksplorasi tema dan gaya visual yang lebih berani.
Contohnya, Cyberpunk: Edgerunners berhasil menggabungkan estetika neon futuristik dengan narasi emosional yang mendalam. Studio Trigger yang mengerjakannya memanfaatkan kebebasan Netflix untuk mengekspresikan gaya animasi khas mereka tanpa batasan sensor atau format siaran televisi.
Kedua, diversitas cerita menjadi daya tarik utama. Banyak anime original Netflix tidak hanya berlatar Jepang, tetapi juga mengambil inspirasi dari budaya lain. Trese misalnya, diadaptasi dari komik Filipina dengan latar mitologi Asia Tenggara. Sementara Yasuke menyoroti samurai kulit hitam dalam sejarah Jepang feodal, sesuatu yang jarang diangkat dalam anime konvensional.
Ketiga, Netflix mampu menjangkau pasar global dengan cepat. Semua anime orisinalnya langsung tersedia dalam berbagai bahasa, lengkap dengan subtitle dan dubbing. Strategi ini memperluas audiens dan membuka pintu bagi mereka yang sebelumnya tidak terlalu mengenal anime.
Namun, keberhasilan tersebut tidak datang tanpa kritik. Sebagian penggemar anime menganggap karya Netflix terkadang terasa “kurang jiwa Jepang-nya.” Beberapa serial dinilai terlalu berfokus pada gaya sinematik Barat dan kehilangan kedalaman naratif yang biasanya menjadi kekuatan anime Jepang klasik.
Tantangan dan Perbandingan dengan Studio Jepang
Untuk menyaingi studio-studio besar Jepang, Netflix harus menghadapi tantangan besar, terutama dalam hal kualitas artistik dan konsistensi produksi. Studio seperti MAPPA, Kyoto Animation, atau Ufotable telah menghabiskan puluhan tahun membangun reputasi melalui detail visual dan kualitas emosi dalam penceritaan. Setiap karya mereka bukan hanya tontonan, melainkan pengalaman budaya yang autentik.
Netflix, di sisi lain, masih dianggap “eksperimen” di dunia anime. Beberapa judulnya sukses luar biasa, tetapi ada juga yang gagal meninggalkan kesan mendalam. Misalnya, Yasuke mendapat pujian dari segi visual, namun banyak yang menilai ceritanya kurang kuat dan terlalu terburu-buru. Begitu pula Resident Evil: Infinite Darkness, yang dikritik karena animasi kaku dan narasi lemah.
Masalah lain terletak pada identitas visual. Studio Jepang biasanya memiliki gaya khas—seperti gerakan dinamis ala Trigger atau warna lembut khas Kyoto Animation—yang membuat penonton langsung mengenali karya mereka. Netflix, dengan berbagai kolaborasi lintas negara, sering kali kehilangan ciri khas itu. Akibatnya, sebagian penonton merasa anime original Netflix lebih menyerupai animasi Barat dengan bumbu Jepang, bukan anime dalam arti sesungguhnya.
Meski begitu, Netflix punya keunggulan dalam eksperimen dan distribusi global. Dengan dana besar dan jaringan luas, mereka bisa menciptakan proyek lintas budaya yang tidak mungkin dilakukan studio Jepang yang lebih tradisional. Kolaborasi antara animator Jepang, sutradara Amerika, dan seniman Eropa dalam satu proyek menjadi hal yang lazim di bawah payung Netflix. Ini membuka ruang baru bagi perkembangan industri anime ke arah yang lebih inklusif dan global.
Kesimpulan
Tren anime original Netflix menunjukkan bahwa dunia animasi Jepang kini memasuki era baru—era kolaborasi lintas batas yang memperluas definisi “anime” itu sendiri. Netflix mungkin belum sepenuhnya mampu menyaingi keaslian dan kedalaman emosi karya studio Jepang klasik, tetapi ia berhasil membuka jalan baru yang menjanjikan bagi industri ini.
Melalui pendekatan global, dukungan dana besar, dan keberanian mengeksplorasi tema non-konvensional, Netflix telah membuktikan bahwa anime tidak lagi hanya milik Jepang, tetapi juga bagian dari ekspresi budaya dunia.
Ke depan, tantangannya adalah bagaimana menjaga jiwa dan identitas anime Jepang tetap hidup di tengah modernisasi dan globalisasi yang dibawa oleh platform seperti Netflix. Jika berhasil menyeimbangkan keduanya—antara inovasi dan tradisi—bukan tidak mungkin anime original Netflix suatu hari nanti bisa berdiri sejajar dengan karya legendaris dari studio Jepang.
Dengan tren yang terus berkembang dan kolaborasi yang semakin beragam, satu hal pasti: masa depan anime kini lebih luas dari sebelumnya, dan Netflix adalah salah satu motor penggeraknya.